MALANG-BISNIS.com - Pada kesempatan hari libur , saya dan keluarga pergi ke Bromo. Angan-angan untuk pergi ke Bromo sudah menjadi kenyataan. Berangkat dari rumah tepat pukul 10.30 WIB. Kami berangkat dengan mengendarai mobil pribadi. Perjalanan malam berjalan lancar walau arus kendaraan agak ramai, akhirnya kami sampai di Bromo pada pukul 07.30 pada keesokan harinya. Kami menginap di salah satu hotel dengan tarif Rp 137.000 + tax per malam.
Untuk melihat sunrise di Bukit Penanjakan, kami harus bangun pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00.
Sebelumnya saya sudah diberitahu teman bahwa sebaiknya booking hotel dulu sebelum sampai di Bromo. Dengan bantuan Om Google, saya mendapat beberapa nomor telepon hotel di Bromo, ternyata benar, hotel sudah penuh untuk tanggal hari itu karena memang hari itu adalah hari libur Waisak. Saya tidak patah semangat dan terus melakukan pencarian via Google, akhirnya dapat di salah satu hotel yang saat itu tinggal 5 kamar kosong. Kami booking tiga kamar dengan terlebih dahulu mentransfer uang sebagai tanda jadi.
Tujuan utama wisata ke Bromo adalah melihat sunrise dengan latar belakang Gunung Bromo di Bukit Penanjakan dan melihat kawah Gunung Bromo. Untuk melihat sunrise di Bukit Penanjakan, kami harus bangun pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00. Sebenarnya kami sudah menyewa kendaraan hardtop yang akan disediakan oleh pihak hotel, tapi entah mengapa pihak hotel ingkar janji dengan alasan kita belum membayar. Alasan ini terlalu mengada-ngada, karena kami tidak diberitahu sebelumnya oleh pihak hotel harus membayar terlebih dahulu.
Apa boleh buat, walau tidak mendapat hardtop, kami tetap berangkat dan berharap mendapat hardtop. Dengan kendaraan pribadi, kami keluar hotel menuju Cemoro Lawang tempat di mana banyak hardtop yang menunggu giliran berangkat menuju Penanjakan. Suasana ramai sekali, waktu menunjuk pukul 04.00. Akhirnya kami mendapat hardtop dengan biaya sewa super mahal Rp 650.000! Harga ini jauh dari harga normalnya Rp 300.000 - Rp 350.000. Karena terpaksa akhirnya kami sepakat untuk menyewa hardtop dengan harga itu. Mobil pribadi dilarang masuk dan hanya mobil hardtop yang boleh masuk untuk menjelajah padang pasir kaldera menuju View Point Penanjakan.
Perjalanan ke bukit Penanjakan ditempuh dalam waktu 40 menit dengan melintasi padang pasir kaldera dan menaiki bukit terjal. Konvoi mobil hardtop menghiasi gelapnya malam. Hamparan kilauan bintang di langit menambah haru suasana bromo. Akhirnya kami diturunkan tidak di bagian atas, karena jalan sudah penuh dengan puluhan hardtop yang parkir di pinggir jalan. Jalan masih panjang, kami masih harus berjalan lagi ke Puncak Penanjakan. Suasana di jalan sangat ramai, orang banyak yang mengeluh karena masih harus berjuang berjalan kira-kira 1 km menuju puncak.
Keadaan terasa tergesa-gesa karena waktu sudah menunjukkan pukul 05.30, akhirnya kami sampai di Puncak Penanjakan yang sudah penuh sesak, hampir tidak kebagian tempat untuk melihat sunrise. Puji syukur kepada Tuhan, kami akhirnya dapat melihat pemandangan yang menakjubkan berupa deretan pegunungan Tengger dengan latar belakang Gunung Semeru dan kawah Gunung Bromo, Gunung Batok dan gunung-gunung lainnya. Sungguh indah…
Setelah puas melihat pemandangan di Penanjakan, dengan menggunakan hardtop kami turun untuk menuju kawah Gunung Bromo yang letaknya di hamparan pasir kaldera. Kami berhenti sebentar di salah satu sisi jalan antara View Point Penanjakan dan Kawah Gunung Bromo untuk melihat pemandangan dari sisi utara.
Di sana sudah banyak hartop yang parkir dan banyak. Suanana di parkiran cukup ramai. Dari sini kami menuju ke kawah Gunung Bromo dengan menggunakan kuda yang disewa dengan harga Rp 50.000 - Rp 100.000 pulang pergi. Dalam perjalanan dengan kuda ini akan terlihat sebuah pura besar yang sengaja dibangun untuk upacara keagamaan umat Hindu suku Tengger. Perjalanan memakan waktu 20 menit dan sampai di pinggir kawah.
Untuk menuju kawah kami masih harus menaiki sekitar 135 anak tangga, cukup menguras tenaga untuk mencapai anak tangga paling atas. Dari sinilah akan terlihat Kawah Gunung Bromo yang masih mengeluarkan asap tebal seakan menyapa pengunjung yang datang. (MB-6)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar