MALANG-BISNIS.COM - Perkembangan teknologi yang kian pesat membuat laptop menjadi barang yang sangat akrab dengan masyarakat. Tak hanya para eksekutif saja yang memilikinya, tetapi anak muda juga tidak mau kalah ikut menenteng gadget ini ke mana pun pergi. Entah untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau sekadar melengkapi gaya hidup metropolis.
Banyaknya warga metro yang memiliki laptop dibarengi juga dengan munculnya banyak tempat di Kota Malang yang dilengkapi dengan fasilitas hot spot atau wifi. Mulai dari mall, resto, café hingga lesehan kopi di pinggir jalan memberikan tambahan fasilitas untuk para pelanggannya.
Booming tempat-tempat yang memiliki fasilitas hot spot ini sudah berkembang sejak awal 2008 lalu. Hingga sekarang, tempat-tempat ini masih tetap bertahan memberikan fasilitas tersebut. Selain untuk menarik kedatangan konsumen dengan harapan tidak sekadar numpang ngenet gratis, tapi bisa menjual produk yang dijual.
Tidak masalah, meskipun hanya pesan segelas teh hangat atau secangkir kopi untuk ‘menghilangkan’ rasa sungkan dan malu karena nongkrong berjam-jam. Bahkan ada pula pengunjung yang sudah tebal muka alias tidak punya sungkan dan risih meski gelas atau cangkir sudah kosong beberapa jam yang lalu, tapi lap top masih hidup.
Karyawan salah satu bank pemerintah, Diana Safitri mengatakan, jadwal kunjungannya ke café yang menyediakan free wifi minimal seminggu sekali. Biasanya ia memilih akhir pekan untuk memanfaatkan fasilitas ini sambil bersantai bersama sahabatnya.
“Minimal satu minggu sekali datang ke café yang ada fasilitas hot spotnya. Tetapi kalau lagi pengin, biasanya sepulang kerja juga menyempatkan diri. Ngopi sambil ngenet, sudah jadi kebutuhan,” ujar perempuan yang akrab disapa Iyan ini.
Lain lagi dengan Diana lain Eka Indra Sasmita. Mahasiswa Universitas Ma Chung ini justru datang ke café berfasilitas hot spot karena memang pilihan gaya hidup dan pergaulannya. Sebab kalau sekadar untuk berinternet saja, ia bisa melakukannya di rumah yang berlangganan internet.
“Kalau sekedar internetan di mana saja bisa. Di rumah misalnya, karena sudah berlangganan. Tetapi kalau internetan di café tentu saja lebih asik. Tempatnya lebih nyaman dan kita pesan menu-menu favorit,” kata Eka.
Tidak seperti menonton film yang ada surasi waktunya, lama atau tidaknya berinternet di café hot spot biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengunjung. Jika sekedar mencari informasi, data-data atau up date berita terbaru, rata-rata mereka bisa menghabiskan waktu 1-2 jam.
Waktu ini bisa bertambah jika kemudian pengunjung memanfaatkan fasilitas internet untuk chatting. Jika sudah bertemu dengan kawan-kawan di dunia maya dan keasikan ngobrol, biasanya mereka menghabiskan waktu antara tiga dua hingga empat jam.
“Internetan di café itu tidak sama dengan nonton. Kita nge-net tergantung kebutuhan. Kalau butuhnya banyak, lebih lama. Tapi kalau sedikit, sebentar saja sudah selesai,” kata Dini Anggreani, karyawan perusahaan swatsa di Kota Malang.
Berbeda dengan aktifitas browsing dan chatting yang tidak terlalu lama, untuk aktifitas ngegame justru lebih lama. Tak tanggung-tanggung, sekali keasyikan ngegame, pengunjung bisa menghabiskan waktu sampai enam jam.
“Banyak sih teman-teman yang ngaku kalau ngegame di laptop sampai enam jam. Mereka kadang tetap maksa meski sudah nggak kuat. Ada yang sampai nyubit-nyubitin matanya biar tetep melek, ada juga yang sampai nambah kopi bergelas-gelas,” kata Eka Indra sambil tertawa.
Makin Nyaman, Makin Lama
Pitstop Coffee and Tea Bar yang terletak di kawasan Rajabally ini menyediakan fasilitas hot spot sejak 2008 lalu. Café yang menyajikan berbagai menu kopi, teh, makanan serta snack ini menjadikan fasilitas hot spot sebagai salah satu nilai plus untuk menarik pengunjung. Terbukti sekitar 70 persen pengunjungnya adalah mereka-mereka yang datang dengan membawa laptopnya.
Adanya fasilitas hot spot ini tentu saja membuat pengunjung betah berlama-lama nongkrong di café. Karena banyaknya pengunjung yang memanfaatkan fasilitas hot spot sambil ngopi, tentu saja faktor kenyamanan yang wajib dipenuhi oleh pemilik café. Tak jarang café-café seperti Pitstop menyediakan pilihan sofa agar pengunjungnya lebih nyaman. Di sini terdapat lima sofa dengan desain-desain menarik yang disediakan untuk pengunjung yang ingin lebih relaks berinternet sambil ngopi.
“Adanya fasilitas free wifi harus dibarengi dengan kenyamanan ekstra untuk para pengunjung. Salah satunya adalah dengan menyediakan sofa yang tentu saja lebih nyaman digunakan daripada meja-kursi makan konvensional,” ungkap owner Pitstop Coffe and Tea Bar, Anwar Andy Rakhman.
Selain sofa yang menunjang kenyamanan, faktor lainnya juga penting. Antara lain adalah desain interior yang apik, pencahayaan serta back sound seperti musik-musik up to date yang membuat pengunjung lebih betah.
Semakin nyaman pengunjung berada di café atau resto untuk memanfaatkan fasilitas free wifi, maka semakin betah juga dia berlama-lama di tempat tersebut. Meski banyak pengunjung yang berlama-lama memanfaatkan internet gratis, tetapi pihak café tidak merugi.
Justru dengan adanya fasilitas tambahan ini menguntungkan pihak pemilik. Sebab pengunjung yang datang dan betah berlama-lama di sana tidak sekedar memanfaatkan fasilitas gratis, tetapi juga menikmati aneka sajian café atau resto tersebut.
Pengunjung café yang sengaja datang untuk memanfaatkan fasilitas ini dipastikan juga memesan menu-menu yang ada. Minimal, mereka akan membeli satu jenis minuman dan satu jenis snack. Pesanan ini rata-rata dihabiskan dalam waktu sekitar 1 jam. Jika pengunjung masih betah untuk internetan, maka mereka akan menambah pesanannya, entah itu minuman atau snack.
Tak sekedar minum atau nyemil, ada juga pengunjung yang akhirnya mengisi perutnya di café atau resto itu, terutama jika jam makan tiba. Seperti yang terjadi di Amsterdam Resto and Café. Banyak juga beberapa pengunjungnya yang datang di jam-jam makan siang atau makan malam sambil berinternet ria.
“Memang ada beberapa pengunjung yang kadang hanya datang membeli minuman dan snack. Tetapi banyak juga yang datang pada jam-jam makan, dan mereka memesan makanan berat di resto kami,” ujar pimpinan Amsterdam Resto and Café, Noor Alamin yang akrab disapa Nanang.
Surfing Di Lesehan Juga Oke !
Tidak hanya café dan resto mahal saja yang menyediakan fasilitas free wifi. Saat ini banyak juga warung kopi lesehan yang latah memanjakan pelanggannya dengan fasilitas ini. Kebanyakan warung kopi lesehan yang disertai hot spot berada di daerah kampus seperti Jl MT Haryono, Jl Sumbersari maupun Jl Raya Tlogomas.
Hampir sama dengan café atau resto mahal, di tempat ini juga disajikan aneka makanan dan minuman untuk menemani pengunjung. Tetapi tentu saja harga jauh berbeda, bahkan bisa-bisa 10 kali lipat lebih murah, pas dengan kantong mahasiswa.
Disesuaikan dengan harga sajian yang terjangkau, kenyamanannya pun juga tidak terlalu maksimal. Warung kopi lesehan ini tidak dilengkapi dengan sofa nyaman plus dekorasi cantik yang membuat pengunjungnya betah. Tetapi hanya berupa meja kecil plus karpet. Minimnya fasilitas ini ternyata tidak membuat warung kopi lesehan sepi peminat. Meski hanya dilengkapi dengan meja kecil dan karpet, tetapi mulai buka di pagi hari hingga malam, pengunjungnya tidak pernah sepi.
“Tujuan kita datang ke warung kopi lesehan yang ada hot spotnya itu kan bukan untuk menikmati tempatnya, tetapi untuk memanfaatkan fasilitasnya saja. Asal tidak panas dankotor, apapun kondisinya, kita nyaman-nyama aja,” celetuk mahasiswa FIA UB, Endo P Sari. (nda/eno/malangpost) Keywords: budaya, hotspot, kuliner, laptop, mahasiswa (MB-9)
Banyaknya warga metro yang memiliki laptop dibarengi juga dengan munculnya banyak tempat di Kota Malang yang dilengkapi dengan fasilitas hot spot atau wifi. Mulai dari mall, resto, café hingga lesehan kopi di pinggir jalan memberikan tambahan fasilitas untuk para pelanggannya.
Booming tempat-tempat yang memiliki fasilitas hot spot ini sudah berkembang sejak awal 2008 lalu. Hingga sekarang, tempat-tempat ini masih tetap bertahan memberikan fasilitas tersebut. Selain untuk menarik kedatangan konsumen dengan harapan tidak sekadar numpang ngenet gratis, tapi bisa menjual produk yang dijual.
Tidak masalah, meskipun hanya pesan segelas teh hangat atau secangkir kopi untuk ‘menghilangkan’ rasa sungkan dan malu karena nongkrong berjam-jam. Bahkan ada pula pengunjung yang sudah tebal muka alias tidak punya sungkan dan risih meski gelas atau cangkir sudah kosong beberapa jam yang lalu, tapi lap top masih hidup.
Karyawan salah satu bank pemerintah, Diana Safitri mengatakan, jadwal kunjungannya ke café yang menyediakan free wifi minimal seminggu sekali. Biasanya ia memilih akhir pekan untuk memanfaatkan fasilitas ini sambil bersantai bersama sahabatnya.
“Minimal satu minggu sekali datang ke café yang ada fasilitas hot spotnya. Tetapi kalau lagi pengin, biasanya sepulang kerja juga menyempatkan diri. Ngopi sambil ngenet, sudah jadi kebutuhan,” ujar perempuan yang akrab disapa Iyan ini.
Lain lagi dengan Diana lain Eka Indra Sasmita. Mahasiswa Universitas Ma Chung ini justru datang ke café berfasilitas hot spot karena memang pilihan gaya hidup dan pergaulannya. Sebab kalau sekadar untuk berinternet saja, ia bisa melakukannya di rumah yang berlangganan internet.
“Kalau sekedar internetan di mana saja bisa. Di rumah misalnya, karena sudah berlangganan. Tetapi kalau internetan di café tentu saja lebih asik. Tempatnya lebih nyaman dan kita pesan menu-menu favorit,” kata Eka.
Tidak seperti menonton film yang ada surasi waktunya, lama atau tidaknya berinternet di café hot spot biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengunjung. Jika sekedar mencari informasi, data-data atau up date berita terbaru, rata-rata mereka bisa menghabiskan waktu 1-2 jam.
Waktu ini bisa bertambah jika kemudian pengunjung memanfaatkan fasilitas internet untuk chatting. Jika sudah bertemu dengan kawan-kawan di dunia maya dan keasikan ngobrol, biasanya mereka menghabiskan waktu antara tiga dua hingga empat jam.
“Internetan di café itu tidak sama dengan nonton. Kita nge-net tergantung kebutuhan. Kalau butuhnya banyak, lebih lama. Tapi kalau sedikit, sebentar saja sudah selesai,” kata Dini Anggreani, karyawan perusahaan swatsa di Kota Malang.
Berbeda dengan aktifitas browsing dan chatting yang tidak terlalu lama, untuk aktifitas ngegame justru lebih lama. Tak tanggung-tanggung, sekali keasyikan ngegame, pengunjung bisa menghabiskan waktu sampai enam jam.
“Banyak sih teman-teman yang ngaku kalau ngegame di laptop sampai enam jam. Mereka kadang tetap maksa meski sudah nggak kuat. Ada yang sampai nyubit-nyubitin matanya biar tetep melek, ada juga yang sampai nambah kopi bergelas-gelas,” kata Eka Indra sambil tertawa.
Makin Nyaman, Makin Lama
Pitstop Coffee and Tea Bar yang terletak di kawasan Rajabally ini menyediakan fasilitas hot spot sejak 2008 lalu. Café yang menyajikan berbagai menu kopi, teh, makanan serta snack ini menjadikan fasilitas hot spot sebagai salah satu nilai plus untuk menarik pengunjung. Terbukti sekitar 70 persen pengunjungnya adalah mereka-mereka yang datang dengan membawa laptopnya.
Adanya fasilitas hot spot ini tentu saja membuat pengunjung betah berlama-lama nongkrong di café. Karena banyaknya pengunjung yang memanfaatkan fasilitas hot spot sambil ngopi, tentu saja faktor kenyamanan yang wajib dipenuhi oleh pemilik café. Tak jarang café-café seperti Pitstop menyediakan pilihan sofa agar pengunjungnya lebih nyaman. Di sini terdapat lima sofa dengan desain-desain menarik yang disediakan untuk pengunjung yang ingin lebih relaks berinternet sambil ngopi.
“Adanya fasilitas free wifi harus dibarengi dengan kenyamanan ekstra untuk para pengunjung. Salah satunya adalah dengan menyediakan sofa yang tentu saja lebih nyaman digunakan daripada meja-kursi makan konvensional,” ungkap owner Pitstop Coffe and Tea Bar, Anwar Andy Rakhman.
Selain sofa yang menunjang kenyamanan, faktor lainnya juga penting. Antara lain adalah desain interior yang apik, pencahayaan serta back sound seperti musik-musik up to date yang membuat pengunjung lebih betah.
Semakin nyaman pengunjung berada di café atau resto untuk memanfaatkan fasilitas free wifi, maka semakin betah juga dia berlama-lama di tempat tersebut. Meski banyak pengunjung yang berlama-lama memanfaatkan internet gratis, tetapi pihak café tidak merugi.
Justru dengan adanya fasilitas tambahan ini menguntungkan pihak pemilik. Sebab pengunjung yang datang dan betah berlama-lama di sana tidak sekedar memanfaatkan fasilitas gratis, tetapi juga menikmati aneka sajian café atau resto tersebut.
Pengunjung café yang sengaja datang untuk memanfaatkan fasilitas ini dipastikan juga memesan menu-menu yang ada. Minimal, mereka akan membeli satu jenis minuman dan satu jenis snack. Pesanan ini rata-rata dihabiskan dalam waktu sekitar 1 jam. Jika pengunjung masih betah untuk internetan, maka mereka akan menambah pesanannya, entah itu minuman atau snack.
Tak sekedar minum atau nyemil, ada juga pengunjung yang akhirnya mengisi perutnya di café atau resto itu, terutama jika jam makan tiba. Seperti yang terjadi di Amsterdam Resto and Café. Banyak juga beberapa pengunjungnya yang datang di jam-jam makan siang atau makan malam sambil berinternet ria.
“Memang ada beberapa pengunjung yang kadang hanya datang membeli minuman dan snack. Tetapi banyak juga yang datang pada jam-jam makan, dan mereka memesan makanan berat di resto kami,” ujar pimpinan Amsterdam Resto and Café, Noor Alamin yang akrab disapa Nanang.
Surfing Di Lesehan Juga Oke !
Tidak hanya café dan resto mahal saja yang menyediakan fasilitas free wifi. Saat ini banyak juga warung kopi lesehan yang latah memanjakan pelanggannya dengan fasilitas ini. Kebanyakan warung kopi lesehan yang disertai hot spot berada di daerah kampus seperti Jl MT Haryono, Jl Sumbersari maupun Jl Raya Tlogomas.
Hampir sama dengan café atau resto mahal, di tempat ini juga disajikan aneka makanan dan minuman untuk menemani pengunjung. Tetapi tentu saja harga jauh berbeda, bahkan bisa-bisa 10 kali lipat lebih murah, pas dengan kantong mahasiswa.
Disesuaikan dengan harga sajian yang terjangkau, kenyamanannya pun juga tidak terlalu maksimal. Warung kopi lesehan ini tidak dilengkapi dengan sofa nyaman plus dekorasi cantik yang membuat pengunjungnya betah. Tetapi hanya berupa meja kecil plus karpet. Minimnya fasilitas ini ternyata tidak membuat warung kopi lesehan sepi peminat. Meski hanya dilengkapi dengan meja kecil dan karpet, tetapi mulai buka di pagi hari hingga malam, pengunjungnya tidak pernah sepi.
“Tujuan kita datang ke warung kopi lesehan yang ada hot spotnya itu kan bukan untuk menikmati tempatnya, tetapi untuk memanfaatkan fasilitasnya saja. Asal tidak panas dankotor, apapun kondisinya, kita nyaman-nyama aja,” celetuk mahasiswa FIA UB, Endo P Sari. (nda/eno/malangpost) Keywords: budaya, hotspot, kuliner, laptop, mahasiswa (MB-9)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar