MALANG-BISNIS.com - Ibu menyusui boleh saja berpuasa. Dengan catatan, kondisi ibu dan bayi dalam keadaan sehat, tidak memiliki keluhan seperti kekurangan gizi, produksi ASI berkurang, sakit, maupun hal lain yang mengganggu kesehatan ibu dan bayi. Sebaiknya ibu menyusui menjalankan puasa saat usia bayi di atas enam bulan.
"Berpuasa bagi ibu menyusui sangat mungkin dilakukan," kata Farahdiba Tenrilemba Jafar, Sekretaris Jendral Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).
AIMI menjelaskan, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Artinya, jika usia bayi di bawah enam bulan, saat bayi dalam tahap mendapatkan ASI eksklusif, dan belum memperoleh makanan tambahan selain ASI, dianjurkan ibu tidak berpuasa.
Selama berpuasa, ibu menyusui perlu lebih disiplin mengatur pola makan dan memastikan asupan makanan yang mengandung gizi yang seimbang. Dengan begitu, produksi ASI lancar dan berkualitas.
Disiplin makan tiga kali sehari
Ibu menyusui memerlukan tambahan kalori, sekitar 700 kalori perhari. Sebanyak 500 kalori diambil dari makanan ibu, dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu. Jadi, pastikan tetap makan tiga kali sehari yakni pada saat sahur, ketika berbuka puasa, dan menjelang tidur sesudah shalat tarawih.
Asupan gizi seimbang
Disiplin tak hanya masalah waktu makan, tetapi juga memastikan asupan gizinya seimbang. Komposisinya, 50 persen karbohidrat, 30 persen protein, dan 10-20 persen lemak. Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak.
Memperbanyak konsumsi cairan
Minum air putih sebanyak dua liter sehari perlu diusahakan. Jadi, perbanyak minum air putih mulai saat berbuka hingga sahur dan menjelang imsak. Tambah asupan cairan dengan mengonsumsi jus buah, teh manis hangat, dan susu.
Minum segelas susu setiap sahur bisa mengurangi ancaman anemia (berkurangnya kadar hemoglobin/Hb dalam darah), bagi ibu hamil dan menyusui.
Untuk merangsang kelancaran ASI, minumlah minuman hangat saat berbuka puasa.
Cobalah rileks dan curi waktu istirahat
Badan lemas saat berpuasa adalah normal, apalagi bagi ibu menyusui. Ibu menyusui perlu memanfaatkan waktu jika tubuh mulai terasa lemas dan lelah. Cobalah istirahat dengan tidur atau sekadar merebahkan tubuh dan rileks untuk menenangkan pikiran.
ASI lancar karena ibu rajin menyusui atau memerahnya
Prinsipnya, semakin sering payudara dihisap oleh bayi, maka produksi ASI akan semakin banyak. Jika Anda memilih menyusui dan rajin melakukannya saat puasa, ASI akan tetap lancar.
Begitupun dengan ibu bekerja. Kegiatan memerah ASI sebaiknya dilakukan seperti biasa. Menyusui merujuk pada prinsip demand and supply. Artinya, semakin banyak ASI dikeluarkan maka semakin banyak ASI yang akan diproduksi.
Justru, jika ibu menyusui yang biasa memerah menghentikan kegiatan memerahnya selama bulan puasa, maka ASI yang diproduksi dapat berkurang. Berkurangnya produksi ASI bukan disebabkan oleh kegiatan berpuasa tetapi karena mengurangi kegiatan memerah.
Berpuasa wajib bagi ibu hamil dan menyusui, namun ada kelonggaran
AIMI menuliskan, puasa Ramadhan hukumnya tetap wajib bagi ibu hamil dan menyusui. Namun terdapat kelonggaran bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa di bulan Ramadhan, dan menggantinya dengan berpuasa di lain waktu atau membayar fidyah atau memberi makan orang fakir miskin. Kelonggaran ini didasarkan pada kondisi ibu dan bayi, yang tidak memungkinkan baginya untuk tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Keputusan berpuasa bagi ibu menyusui kembali kepada motivasi dan niat, serta tentu saja melihat kondisi kesehatan ibu dan bayi.(MB-21)
***
"Berpuasa bagi ibu menyusui sangat mungkin dilakukan," kata Farahdiba Tenrilemba Jafar, Sekretaris Jendral Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).
AIMI menjelaskan, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Artinya, jika usia bayi di bawah enam bulan, saat bayi dalam tahap mendapatkan ASI eksklusif, dan belum memperoleh makanan tambahan selain ASI, dianjurkan ibu tidak berpuasa.
Selama berpuasa, ibu menyusui perlu lebih disiplin mengatur pola makan dan memastikan asupan makanan yang mengandung gizi yang seimbang. Dengan begitu, produksi ASI lancar dan berkualitas.
Disiplin makan tiga kali sehari
Ibu menyusui memerlukan tambahan kalori, sekitar 700 kalori perhari. Sebanyak 500 kalori diambil dari makanan ibu, dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu. Jadi, pastikan tetap makan tiga kali sehari yakni pada saat sahur, ketika berbuka puasa, dan menjelang tidur sesudah shalat tarawih.
Asupan gizi seimbang
Disiplin tak hanya masalah waktu makan, tetapi juga memastikan asupan gizinya seimbang. Komposisinya, 50 persen karbohidrat, 30 persen protein, dan 10-20 persen lemak. Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak.
Memperbanyak konsumsi cairan
Minum air putih sebanyak dua liter sehari perlu diusahakan. Jadi, perbanyak minum air putih mulai saat berbuka hingga sahur dan menjelang imsak. Tambah asupan cairan dengan mengonsumsi jus buah, teh manis hangat, dan susu.
Minum segelas susu setiap sahur bisa mengurangi ancaman anemia (berkurangnya kadar hemoglobin/Hb dalam darah), bagi ibu hamil dan menyusui.
Untuk merangsang kelancaran ASI, minumlah minuman hangat saat berbuka puasa.
Cobalah rileks dan curi waktu istirahat
Badan lemas saat berpuasa adalah normal, apalagi bagi ibu menyusui. Ibu menyusui perlu memanfaatkan waktu jika tubuh mulai terasa lemas dan lelah. Cobalah istirahat dengan tidur atau sekadar merebahkan tubuh dan rileks untuk menenangkan pikiran.
ASI lancar karena ibu rajin menyusui atau memerahnya
Prinsipnya, semakin sering payudara dihisap oleh bayi, maka produksi ASI akan semakin banyak. Jika Anda memilih menyusui dan rajin melakukannya saat puasa, ASI akan tetap lancar.
Begitupun dengan ibu bekerja. Kegiatan memerah ASI sebaiknya dilakukan seperti biasa. Menyusui merujuk pada prinsip demand and supply. Artinya, semakin banyak ASI dikeluarkan maka semakin banyak ASI yang akan diproduksi.
Justru, jika ibu menyusui yang biasa memerah menghentikan kegiatan memerahnya selama bulan puasa, maka ASI yang diproduksi dapat berkurang. Berkurangnya produksi ASI bukan disebabkan oleh kegiatan berpuasa tetapi karena mengurangi kegiatan memerah.
Berpuasa wajib bagi ibu hamil dan menyusui, namun ada kelonggaran
AIMI menuliskan, puasa Ramadhan hukumnya tetap wajib bagi ibu hamil dan menyusui. Namun terdapat kelonggaran bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa di bulan Ramadhan, dan menggantinya dengan berpuasa di lain waktu atau membayar fidyah atau memberi makan orang fakir miskin. Kelonggaran ini didasarkan pada kondisi ibu dan bayi, yang tidak memungkinkan baginya untuk tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Keputusan berpuasa bagi ibu menyusui kembali kepada motivasi dan niat, serta tentu saja melihat kondisi kesehatan ibu dan bayi.(MB-21)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar