MALANG-BISNIS.COM - traveling - Sehari sebelum menyambut bulan ramadhan, kami sekeluarga baru kembali dari liburan di musim panas, persediaan makanan habis tentunya, karena memang sengaja kami kosongkan sebelum berangkat berlibur agar tak ada istilah basi atau kadaluwarsa.
Alhamdulillah, saya dan putri saya senang juga karena supermarket besar ini mau berpartisipasi merayakan Ramadhan.
Sore hari pun kami sekeluarga pergi berbelanja ke supermarket besar langganan kami. Betapa kagetnya kami ketika memasuki supermarket. Mata kami langsung terbentur dengan papan-papan besar bergelantungan dengan tulisan Ramadhan dan Fiesta Ramadhan!
Lebih kaget lagi saat melihat satu tempat di sediakan dalam supermarket itu hanya khusus untuk kaum muslim. Berbagai makanan halal disediakan, dari mulai makanan basah hingga kering. Lauk pauk dengan tulisan halal begitu banyak tersedia. Berbagai peralatan masak ala Maroko juga tersedia dan terpajang. Kue-kue khas Timur Tengah yang manisnya bagaikan gula tertata manis mengundang selera.
Tapi yang paling membuat kami tercengang adalah, tersedianya beberapa rak yang diisi dengan bermacam buku keagamaan hingga resep masakan dari beberapa negara muslim. Bahkan Alquran pun ikut terpajang dalam rak buku tersebut.
Mengenai persediaan makanan halal di berbagai supermarket bukanlah hal yang baru, sudah lebih dari 4 tahun supermarket besar menyediakan produk makanan bagi muslimin. Namun maraknya menyambut Ramadhan hingga tersedianya satu tempat besar khusus bagi kami para muslimin tentu saja menghibur hati.
Bagi kami hal ini merupakan kemajuan dari bangsa Perancis terhadap penghormatan kepada para pemeluk agama. Entah mungkin bagi para pengusaha itu sendiri yang mungkin hanya melihat dari segi ekonominya saja, tapi tak ada masalah bagi saya. Apa pun motivasi mereka, saya hargai benar adanya kesadaran dari para pengusaha Perancis menyadari jika penduduk mereka memiliki agama dan keturunan yang berlainan.
Beberapa muslimin nampaknya ikut terkejut melihat konter Ramadhan yang cukup besar itu. Saya dekati seorang ibu dan putrinya yang mengenakan jilbab yang sedang asyik melihat-lihat buku masakan dari Timur Tengah.
"Maaf madame, boleh saya bertanya sedikit mengenai konter Ramadhan ini?" tanya saya kepada mereka.
"Tentu saja, tapi saya juga datang ke supermarket ini, mungkin anda bisa menanyakan langsung kepada pegawai setempat bila ingin tahu mengenai produk mereka," jawab ibu tersebut.
"Ohhh saya bukan mau menanyakan masalah produk," saya menjawab.
Akhirnya saya keluarkan kartu pers saya dan sedikit menerangkan bila saya sering menulis artikel untuk koran di Indonesia.
Wanita asal Maroko itu langsung senang ketika mengetahui saya ini dari Indonesia yang baginya adalah negara muslim terindah yang selalu ingin dikunjunginya. Rasa senangnya tentu saja tak saya sia-siakan untuk mengajaknya ngobrol singkat.
"Bagaimana menurut anda melihat konter Ramadhan ini?" tanya saya mengulang pertanyaan tadi.
"Alhamdulillah, saya dan putri saya senang juga karena supermarket besar seperti Geant Casino ini mau berpartisipasi merayakan Ramadhan yang berarti mereka ada perhatian kepada kami kaum minoritas," jawabnya sambil tersenyum.
"Sebenarnya tahun lalu sudah ada beberapa supermarket besar yang ikut berpartisipasi merayakan Ramadhan namun sangat kecil hingga boleh dibilang kasat mata," timpal putri ibu tersebut.
"Lalu bagaimana pendapat kalian mengenai tersedianya buku-buku keagamaan?" tanya saya lagi.
"Ya, ide yang menarik memang. Anda tahu, saya ini misalnya, untuk memberikan kitab Alquran kepada anak-anak saya biasanya saya membelinya di tanah air saya di Maroko. Karena Alquran tak mudah didapatkan di toko buku umum di Perancis. Kalaupun ada biasanya hanya terjemahannya saja," ucap Khadijah.
Putrinya, Nora, langsung menimpali, "Benar kata ibu saya, Alquran bukanlah hal yang mudah didapatkan di Perancis, mungkin di daerah Arab di kota-kota di Perancis kita bisa mendapatkan tapi hanya kami para muslimin saja yang mengetahuinya."
Lanjutnya lagi, "Dengan adanya konter Ramadhan seperti ini selain lebih mengenalkan kepada bangsa Perancis mengenai hari-hari penting umat Islam juga saya yakin banyak dari mereka yang tak pernah mendengar atau melihat secara langsung kitab suci umat Islam yaitu Alquran."
Keduanya pun pamit karena ingin melanjutkan belanja mereka. Sebelum keduanya pergi, saya minta jika mereka bersedia saya ambil foto. Tentu saja foto saya ambil dengan telepon genggam saya karena kamera memang tak ada pada saya, maklum niatnya memang mau belanja, ehh... kebetulan ketemu topik menarik!
Kang Dadang atau David suami saya rupanya sedang asyik dengan anak-anak kami melihat-lihat buku mengenai rukun shalat. Adam sudah memiliki itu hanya dalam bahasa Indonesia. Dia minta dibelikan dalam bahasa Perancis, karena menurutnya jauh lebih mudah dimengerti. Walaupun anak sulung kami lancar berbahasa Indonesia namun terkadang dalam bahasa resmi Indonesia dirinya masih kerap menemukan kesulitan dalam pengertian.
Saya lihat ternyata memang benar, dalam buku tersebut terjemahan dalam bahasa Perancis jauh lebih mudah diserap bagi anak kami, ilustrasi gambarnya pun cukup menarik. Bahkan ada buku yang menerangkan secara baik mengapa kita menjalankan ibadah puasa. Dan dua buku menjadi pilihan Adam...
Begitu sampai di rumah, saya langsung menelepon seorang teman muslimin asal Aljazair untuk meyampaikan kabar baik mengenai adanya konter ramadhan di supermarket dekat kawasan kami tinggal. Rupanya dia sudah mengetahui, bahkan menurutnya empat supermarket besar lainnya tahun ini memang mengadakan Pesta Ramadhan dengan menyediakan berbagai produk dan kebutuhan kaum muslimin selama bulan Ramadhan.
Kabar gembira lainnya yang saya terima dari dirinya adalah, maison pour tous daerah kami tinggal semacam tempat untuk publik milik wali kota setempat yang menyediakan berbagai aktivitas, tahun ini mengadakan pengajian bersama bagi wanita yang diadakan setiap hari kamis siang.
"Bukan main seru!" kata saya dalam hati. Tahun ini saya tak bisa pulang ke Tanah Air, tak bisa berpuasa bersama orangtua, tak bisa mendengarkan azan dan masih banyak hal lainnya yang tadinya membuat saya sedikit sedih setiap kali memasuki bulan Ramadhan. Namun melihat Fiesta Ramadhan ini hati jadi sedikit terhibur karena paling tidak masih bisa merasakan kesejukan bulan suci ini walaupun tak semarak seperti di Tanah Air.
Puasa di Montpellier
Bagi kami yang hidup di Eropa menjalankan ibadah puasa tantangan selalu bergantian. Berpuasa di negara non muslim tentu saja cobaannya tak sama dengan di Indonesia misalnya.
Di awal rubrik saya pernah mengungkap apa saja yang sering menjadi gelitik cobaan di bulan Ramadhan. Di musim panas, selain hawa yang menyengat hingga 40 derajat juga waktu yang panjang. Bisa dari 15 jam hingga 19 jam lamanya berpuasa, bahkan di beberapa negara yang mataharinya tak tenggelam untuk beberapa bulan bisa dibayangkan kesulitannya dalam mengatur waktu.
Ramadhan tahun ini, tersirat sedikit ragu apakah saya akan mampu menjalankan puasa selama kurang lebih 16 jam dengan matahari yang menyengat?
Aktivitas harus tetap jalan..., seperti biasanya! Alhamdulillah... puasa 3 hari pertama telah saya lalui. Sulitkah? Tentu saja kesulitan ada, bukan masalah lapar...tapi lebih kepada lingkungan setempat memang.
Di Tanah Air nikmat berpuasa terasa sekali. Apalagi bila memikirkan menu berbuka puasa yang amboi! Idealnya memang mengadakan buka puasa bersama dengan teman sebangsa dan seiman. Apa mau dikata...dalam masalah ini saya sering merasa sendiri. Bila memang kami rindu hangatnya keramaian berbuka puasa, kami sengaja datang ke daerah Arab, dimana kafe-kafe sudah menyediakan berbagai pilihan menu berbuka puasa. Kue-kue ditata sampai menjulang, teh mint kegemaran kami akan menjadi minuman pembuka menghangatkan tenggorokan dan masakan khas Maroko Tajine ayam dengan citrun menjadi menu utama kami.
Si sulung pembangkit semangat
Walaupun kerap merasa sendiri namun tahun ini semangat saya berpuasa lebih meningkat, karena Adam yang sudah 10 tahun begitu bersemangat menjalankan ibadah puasa ini bersama kami.
Tahun lalu Adam sudah mulai ikut berpuasa, namun berhubung magribnya malam dia hanya berpuasa setengah hari saja, hanya pada saat akhir pekan baru Adam menjalankan hingga magrib. Tahun ini berhubung puasa jatuh saat liburan sekolah, maka Adam berniat untuk menjankan hingga magrib sesering mungkin.
Benar memang jika anak bisa mengubah kebiasaan orang tua. Saya dan Kang Dadang jika sahur malas sekali masak, hanya makan kue bolu dan teh manis. Hari pertama berpuasa di bulan Ramadhan ini, kebiasaan kami terulang, kue bolu dan teh manis jadi menu sahur. Sementara Adam makanannya komplet benar!
Hari kedua puasa, saya diserang sakit kepala luar biasa. Mau berbuka juga sayang, saya pikir selama masih bisa bertahan saya akan coba berpuasa. Tapi memang yang ada badan saya jadi lemas dan maunya rebahan terus!
Sementara si Adam, boro-boro tidur siang, asyik saja dia bermain dengan adiknya sambil jingkrak-jingkrakan! Saya tanya apa dirinya tidak lemes? Tidak haus? Tidak lapar? Jawabnya "Ya nggak lah mah, kan perut Adam sudah diisi roti sosi, susu, jus appel dan telur setengah matang, cukup deh bensin perut sampai magrib!" jawabnya nyengir.
"Emang mamah sama papa...sahur cuma ama kue doang...makanya bensinnya habis...jadi badannya mogok deh!" ledek Adam.
Hari ketiga sahur, saya paksakan untuk makan seperti anak kami, malu juga disindir anak 10 tahun. Memang benar energi saya agak lumayan nggak terlalu lemas seperti biasanya. Sementara Kang Dadang yang memang kebiasaan sehari-harinya tak pernah sarapan, masih memegang teguh sahur dengan kue bolunya. Tapi biarlah, hitung-hitung diet karena selama liburan berat badannya bertambah 3 kg.(MB-23)
Penulis: Dini Kusmana Massabuau | Editor: I Made Asdhiana
Sent from Indosat BlackBerry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar