MalangBisnis.com — Seperti banyak hal lainnya yang harus dipelajari lewat waktu dan pengalaman, kebaikan merupakan salah satu faktor yang diharapkan dari seseorang. Ajarkan ia agar jangan menjadi orang yang serba tidak peduli atau cuek dengan keadaan sekitar.
Menurut Alfie Kohn, pengarang The Brighter Side of Human Nature: Altruism and Empathy in Everyday Style, pada dasarnya, kita manusia
bisa ikut merasa sakit ketika melihat orang lain sedih atau tersakiti.
Empati, yakni kemampuan untuk memahami rasa yang dirasakan oleh orang lain, akan berkembang seiring waktu. Misal, anak usia 2 tahun akan menawarkan empengnya kepada anak seusia yang ada di dekatnya dan sedang menangis. Ini bukan karena anak itu mengerti apa yang terjadi. Namun, secara refleks, ia ingat bahwa saat sedih, empeng adalah salah satu hal yang membuatnya nyaman kembali.
Pada usia 4 tahun, anak sudah bisa lebih memahami. Ketika ia tak sengaja menyakiti orang lain, ia akan minta maaf tanpa harus disuruh. Pada usia 5-6 tahunan, mereka bisa lebih legawa berbagi dan mengantre. Mereka juga sudah bisa mendiskusikan arti kebaikan dan bertukar ungkap bagaimana mereka bisa menolong orang lain.
Berikut adalah beberapa saran untuk mengajak si kecil menjadi orang yang besar hati dan penyayang. Saran-saran ini hanya bisa berhasil, "Jika ada hubungan kuat antara anak dan orangtuanya. Saat Anda menciumnya sebelum tidur atau membacakan cerita sebelum tidur, ia akan merasa bahwa dirinya dekat dengan orang lain. Jika anak tak pernah merasa dimengerti oleh orang lain, maka kebutuhan itu akan menjadi sangat kencang hingga ia sulit untuk bisa mendengar tangisan orang lain," papar Kohn.
- Percaya bahwa ia bisa jadi orang yang baik. Jika Anda mendidik anak seperti ia tak bisa menjadi orang yang baik atau mengatainya sebagai anak nakal, maka ia akan menjadi seperti itu. Namun, jika Anda berasumsi bahwa ia mau membantu orang lain, maka ia akan berusaha untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Contoh: "Mama tahu kamu pasti mau membantu Tante Ina untuk membawakan belanjaannya."
- Beri contoh. Orangtua adalah contoh bagi anak. Semua perkataan dan tindakan Anda akan berpengaruh padanya. Berikan contoh perbuatan baik di depan anak, misal, membantu orang lanjut usia menyeberang jalan.
- Ajari anak untuk menghormati. Bagaimana Anda memperlakukannya juga berpengaruh. Bagaimana Anda berharap ia bisa menjadi orang yang ramah dan baik jika Anda sendiri tidak menghormatinya dengan menarik dia pulang dengan kasar dari tempat bermain?
- Latih anak untuk mengerti ekspresi wajah orang lain. Ini adalah langkah pertama untuk mengerti perspektif orang lain.
- Ajar anak mengetahui bahwa caranya menghadapi orang lain itu penting untuk Anda. Contoh, ada orang yang terkena cipratan genangan air di pinggir jalan. Si kecil mungkin saja tertawa, tetapi Anda bisa katakan, "Ibu itu enggak kelihatan senang. Ia kelihatan sedih. Bajunya sekarang kotor dan basah, padahal sudah susah-susah dandan."
- Jangan biarkan orang yang kasar bisa berlaku begitu saja di matanya. Saat ada orang di kasir yang tidak sopan, Anda bisa bilang, "Wah, kasirnya pasti lagi kesal karena sesuatu. Nada ngomongnya jadi kasar seperti itu. Bagaimana menurut kamu?" Hal ini mengajarkan kepada si kecil bahwa saat orang lain berlaku kasar pada Anda, tak harus dibalas dengan kasar juga.
- Apresiasikan kebaikan. Pastikan bahwa si kecil mengetahui bahwa Anda mengapresiasi orang yang bersikap baik. Misal, jika ada seorang bapak yang memberikan tempat duduknya kepada seorang wanita di bus, Anda bisa katakan, "Baik sekali bapak itu memberikan bangku kepada ibu tadi." Begitu pun saat si kecil melakukan hal baik di hadapan Anda, berikan pujian padanya.
- Mengertilah bahwa persepsi anak dari perbedaan orang akan berpengaruh. Anak-anak memahami perbedaan dalam diri setiap orang, bukan hanya perbedaan hewan dan warna krayon. Jika si anak bicara kasar, yang bisa Anda lakukan adalah menenangkan diri dan bertanya, "Mengapa kamu mengatakan itu?" Lalu jelaskan situasi dan alasannya.
- Jadilah sensitif terhadap pesan yang ditangkap anak dari media. Anak akan menyerap aksi yang mereka lihat di televisi dan baca di buku. Pastikan Anda tahu tontonan anak dan sediakan waktu untuk berdiskusi dengannya mengenai tontonan itu. Coba ajak ia untuk membaca buku dan tayangan yang sifatnya penuh kasih.
- Jelaskan bahwa mengatai orang lain atau tidak mengajak teman bermain bersama akan menyakiti orang itu, sama sakitnya ketika dipukul. Jika Anda mendengar si kecil mengatai temannya, langsung bantu si kecil dan anak tadi untuk meluruskan permasalahannya. Beri tahu bahwa anak yang ia katai itu sedih. Lalu luruskan permasalahannya, dan bagaimana menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Sebisa mungkin jaga agar si anak yang dikatai tidak merasa menjadi korban dan si kecil bisa meminta maaf.
- Hindari kompetisi dalam keluarga. Jika saudara kandung merasa harus berkompetisi dengan saudaranya, mereka akan belajar bahwa saudaranya itu adalah sebuah tantangan untuknya mendapatkan apa yang ia mau. Cobalah dorong mereka untuk bekerja bersama, dan berikan pujian atas kerja sama tim mereka.
- Tunjukkan kepada anak-anak bagaimana membantu orang yang memerlukan. Anda bisa ajak anak untuk mendonasikan mainan lamanya ke panti asuhan atau berkunjung ke panti jompo dan melibatkannya dalam acara.(MB-9)
***
Menurut Alfie Kohn, pengarang The Brighter Side of Human Nature: Altruism and Empathy in Everyday Style, pada dasarnya, kita manusia
bisa ikut merasa sakit ketika melihat orang lain sedih atau tersakiti.
Empati, yakni kemampuan untuk memahami rasa yang dirasakan oleh orang lain, akan berkembang seiring waktu. Misal, anak usia 2 tahun akan menawarkan empengnya kepada anak seusia yang ada di dekatnya dan sedang menangis. Ini bukan karena anak itu mengerti apa yang terjadi. Namun, secara refleks, ia ingat bahwa saat sedih, empeng adalah salah satu hal yang membuatnya nyaman kembali.
Pada usia 4 tahun, anak sudah bisa lebih memahami. Ketika ia tak sengaja menyakiti orang lain, ia akan minta maaf tanpa harus disuruh. Pada usia 5-6 tahunan, mereka bisa lebih legawa berbagi dan mengantre. Mereka juga sudah bisa mendiskusikan arti kebaikan dan bertukar ungkap bagaimana mereka bisa menolong orang lain.
Berikut adalah beberapa saran untuk mengajak si kecil menjadi orang yang besar hati dan penyayang. Saran-saran ini hanya bisa berhasil, "Jika ada hubungan kuat antara anak dan orangtuanya. Saat Anda menciumnya sebelum tidur atau membacakan cerita sebelum tidur, ia akan merasa bahwa dirinya dekat dengan orang lain. Jika anak tak pernah merasa dimengerti oleh orang lain, maka kebutuhan itu akan menjadi sangat kencang hingga ia sulit untuk bisa mendengar tangisan orang lain," papar Kohn.
- Percaya bahwa ia bisa jadi orang yang baik. Jika Anda mendidik anak seperti ia tak bisa menjadi orang yang baik atau mengatainya sebagai anak nakal, maka ia akan menjadi seperti itu. Namun, jika Anda berasumsi bahwa ia mau membantu orang lain, maka ia akan berusaha untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Contoh: "Mama tahu kamu pasti mau membantu Tante Ina untuk membawakan belanjaannya."
- Beri contoh. Orangtua adalah contoh bagi anak. Semua perkataan dan tindakan Anda akan berpengaruh padanya. Berikan contoh perbuatan baik di depan anak, misal, membantu orang lanjut usia menyeberang jalan.
- Ajari anak untuk menghormati. Bagaimana Anda memperlakukannya juga berpengaruh. Bagaimana Anda berharap ia bisa menjadi orang yang ramah dan baik jika Anda sendiri tidak menghormatinya dengan menarik dia pulang dengan kasar dari tempat bermain?
- Latih anak untuk mengerti ekspresi wajah orang lain. Ini adalah langkah pertama untuk mengerti perspektif orang lain.
- Ajar anak mengetahui bahwa caranya menghadapi orang lain itu penting untuk Anda. Contoh, ada orang yang terkena cipratan genangan air di pinggir jalan. Si kecil mungkin saja tertawa, tetapi Anda bisa katakan, "Ibu itu enggak kelihatan senang. Ia kelihatan sedih. Bajunya sekarang kotor dan basah, padahal sudah susah-susah dandan."
- Jangan biarkan orang yang kasar bisa berlaku begitu saja di matanya. Saat ada orang di kasir yang tidak sopan, Anda bisa bilang, "Wah, kasirnya pasti lagi kesal karena sesuatu. Nada ngomongnya jadi kasar seperti itu. Bagaimana menurut kamu?" Hal ini mengajarkan kepada si kecil bahwa saat orang lain berlaku kasar pada Anda, tak harus dibalas dengan kasar juga.
- Apresiasikan kebaikan. Pastikan bahwa si kecil mengetahui bahwa Anda mengapresiasi orang yang bersikap baik. Misal, jika ada seorang bapak yang memberikan tempat duduknya kepada seorang wanita di bus, Anda bisa katakan, "Baik sekali bapak itu memberikan bangku kepada ibu tadi." Begitu pun saat si kecil melakukan hal baik di hadapan Anda, berikan pujian padanya.
- Mengertilah bahwa persepsi anak dari perbedaan orang akan berpengaruh. Anak-anak memahami perbedaan dalam diri setiap orang, bukan hanya perbedaan hewan dan warna krayon. Jika si anak bicara kasar, yang bisa Anda lakukan adalah menenangkan diri dan bertanya, "Mengapa kamu mengatakan itu?" Lalu jelaskan situasi dan alasannya.
- Jadilah sensitif terhadap pesan yang ditangkap anak dari media. Anak akan menyerap aksi yang mereka lihat di televisi dan baca di buku. Pastikan Anda tahu tontonan anak dan sediakan waktu untuk berdiskusi dengannya mengenai tontonan itu. Coba ajak ia untuk membaca buku dan tayangan yang sifatnya penuh kasih.
- Jelaskan bahwa mengatai orang lain atau tidak mengajak teman bermain bersama akan menyakiti orang itu, sama sakitnya ketika dipukul. Jika Anda mendengar si kecil mengatai temannya, langsung bantu si kecil dan anak tadi untuk meluruskan permasalahannya. Beri tahu bahwa anak yang ia katai itu sedih. Lalu luruskan permasalahannya, dan bagaimana menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Sebisa mungkin jaga agar si anak yang dikatai tidak merasa menjadi korban dan si kecil bisa meminta maaf.
- Hindari kompetisi dalam keluarga. Jika saudara kandung merasa harus berkompetisi dengan saudaranya, mereka akan belajar bahwa saudaranya itu adalah sebuah tantangan untuknya mendapatkan apa yang ia mau. Cobalah dorong mereka untuk bekerja bersama, dan berikan pujian atas kerja sama tim mereka.
- Tunjukkan kepada anak-anak bagaimana membantu orang yang memerlukan. Anda bisa ajak anak untuk mendonasikan mainan lamanya ke panti asuhan atau berkunjung ke panti jompo dan melibatkannya dalam acara.(MB-9)
***
Sumber : KOMPAS
Lihat Artikel Lainnya
Lihat Informasi & Promosi Bisnis
Follow Twitter @MalangBisnisCom
Baca MalangBisnis.com dari mana aja, tersedia versi mobile, Buka dari HP mu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar