skip to main |
skip to sidebar
MALANG-BISNIS.com - MENGAJAK anak merayakan Idul Fitri dengan mengunjungi rumah keluarga merupakan cara agar membiasakan mereka melakukan silaturahmi atau bersosialisasi. Hal ini sebaiknya dilakukan sejak dini. Dampaknya akan memengaruhi kepribadian menjadi makhluk sosial yang baik. “Ma, aku pokoknya mau pakai baju baru yang kemarin habis Mama beli buat lebaran,” rengek Dinda Nabila (4) kepada mamanya. Sejak dibelikan baju lebaran dua minggu yang lalu, Dinda terus-terusan ingin memakai baju tersebut. Sang mama pun berpesan bahwa bajunya tidak boleh dikenakan sebelum lebaran. Tangis Dinda pun tidak kunjung berhenti saat sang mama berkata demikian.
Tidak terasa, sudah hampir satu bulan penuh umat Islam berpuasa, artinya Idul Fitri akan segera tiba. Bagi umat muslim, perayaan Idul Fitri merupakan hari raya yang dinanti-nanti, termasuk oleh anak-anak. Namun, jangan pernah orangtua mengartikan bahwa lebaran adalah hari untuk memakai baju lebaran. Orangtua mesti menjelaskan bahwa lebaran adalah hari yang dirayakan umat muslim yang berkaitan juga dengan nilai keagamaan, bukan melulu soal baju baru.
“Orangtua bisa menyampaikan pada anak bahwa Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam. Seperti juga agama lain memiliki hari raya masing-masing,” tutur psikolog keluarga dari Universitas Indonesia, Sani B Hermawan Psi.
Sani mengatakan, untuk anak-anak jangan sampai salah mengartikan Idul Fitri. Jelaskan kepada mereka bahwa ritual Idul Fitri sangat identik dengan nilai keagamaan, misalnya saudara berkumpul dan saling meminta maaf.
“Jelaskan tujuannya bahwa tujuan tersebut adalah untuk membersihkan kesalahan yang mungkin saja diperbuat selama ini,” ujar psikolog yang berpraktik di Kemang Timur 11 No 9B ini.
Lebih lanjut Sani menjelaskan, saling memaafkan dan bersilaturahmi merupakan satu paket lebaran yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Walaupun demikian, perlu ditambahkan bahwa saling memaafkan bisa dilakukan kapan saja tanpa menunggu lebaran.
“Setiap anak sejak dini sangat dianjurkan untuk mengikuti ritual keagamaan saat Idul Fitri, sebab nilai dasar kehidupan bisa tertanam sejak kecil yang akan membantunya meneruskan kegiatan tersebut dan menjadi pedoman hidupnya kelak,” tuturnya.
Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk memaknai Idul Fitri, di antaranya dengan mengenalkan tanggal hari raya kepada anak, sebutkan perayaan dalam agama yang dipercaya, ingatkan setiap tanggal perayaan tersebut, jelaskan sejarah mengapa tanggal tersebut dirayakan sebagai perayaan keagamaan, dan sebaiknya orangtua mengajak anak dengan merayakan minimal melalui cara memaknai perayaannya.
“Memberi informasi terlebih dahulu, kemudian menerapkannya. Jika anak hanya diceritakan tanpa mengalami secara konkret, maka pemahaman akan lebih sulit tercapai,” tandas Sani.
Sani menyarankan orangtua agar melakukan pemaknaan terhadap Idul Fitri dengan cara yang mudah dan sederhana, agar anak juga bisa menerima informasinya secara mudah dan cepat diterapkan olehnya.
Ahli agama, Ustad Soleh Mahmud AA,mengatakan bahwa pengenalan makna Idul Fitri bisa menjadi pola asuh yang baik diterapkan orangtua
”Diibaratkan seperti kertas putih, anak itu ibarat kertas putih yang tidak tahu nantinya akan terisi apa. Hal itu sangat berkaitan dengan siapa penulisnya dan apa yang dituliskan, termasuk pada masalah penanaman agama,” tandas Mahmud.
Mahmud menuturkan, jika penulis––dalam arti di sini adalah orangtua, banyak menuliskan nilai positif atau nilai-nilai baik di kertas putih tersebut, maka kertas putih tersebut pun akan terus bermanfaat selama kertas tidak hilang atau rusak.
Dalam menanamkan agama, memang sudah seharusnya dilakukan sejak dini. Dimulai dari hal yang kecil yaitu mengenalkan keberadaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, sampai pada mengenalkan kewajiban setiap orang dalam menjalankan perintah agama.(MB-9)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar