MALANG-BISNIS.com - JAKARTA - Novel grafis berjudul “Abimanyu Anak Rembulan” akan diluncurkan di Bentara Budaya Jakarta hari Sabtu 24 Juli pukul 19.30.
Sebelumnya digelar bedah buku paa pukul 15.00-17.00, menghadirkan panelis Sujiwo Tedjo, Yenny Wahid, Henry Ismono, dan Ni GA Sukmadewi Dj dengan MC Veven SP Wardhana.
Buku setebal 212 halaman ini diterbitkan Jagad Pustaka, dan berisi cerita wayang Indonesia. “Ini merupakan buku perdana Jagad Pustaka,” kata Simon Puji Widodo, pemilik Jagad Pustaka Publishing kepada Kompas.com, Kamis (22/7/10) malam di sela-sela pembukaan pameran wayang di Bentara Budaya.
Simon menambahkan, selama ini tokoh pewayangan Indonesia belum dikenal khalayak. “Dan anak-anak Indonesia sekarang lebih suka kartun Jepang. Oleh karena itulah novel grafis yang ditulis Dwi Klik Sentosa dan digrafis oleh seniman Yogyakarta, ingin mengisi kekosongan akan karakter tokoh semacam superman Indonesia,” katanya.
Bre Redana, wartawan senior Kompas dalam komentarnya soal novel “Abimanyu Anak Rembulan” ini menyebutkan, “Ini merupakan transformasi wayang ke pakeliran novel grafis. Akrab, eksploratif, pakem tetap terjaga. Klasisme wayang tidak pernah pudar, dan Abimanyu Anak Rembulan membuktikannya.”
Sedangkan aktor Butet Kartaredjasa mengungkapkan, “Apa yang tersaji dalam buku ini membuktikan tradisi dan kekuatan lokal mempunyai daya saing yang sama-sama menakjubkan dengan kerap yang disebut internasional. Lebih celaka lagi yang internasional itu identik dengan Barat. Sementara kebudayaan Timur selalu diposisikan bukan internasional.”
Menurut Butet, sekarang saatnya menghentikan penyakit kroco jiwa. Wayang -juga batik, jathilan, reog, dan lainnya, juga punya martabat untuk bersanding setara di kanch dunia.
Nurul Arifin, yang sekarang jadi wakil rakyat di Senayan, menuturkan, “Belajar dari Abimanyu, kita jadi tahu, keberanian dan keutamaan itu bukanlah sesuatu yang tersembunyi lalu muncul tiba-tiba. Ia adalah hasil upaya, ikhtiar, dan tempaan hidup. Dan sebagai nilai kehidupan, keberanian dan keutamaan tetap relevan sepanjang zaman.”(MB-7)
Sebelumnya digelar bedah buku paa pukul 15.00-17.00, menghadirkan panelis Sujiwo Tedjo, Yenny Wahid, Henry Ismono, dan Ni GA Sukmadewi Dj dengan MC Veven SP Wardhana.
Buku setebal 212 halaman ini diterbitkan Jagad Pustaka, dan berisi cerita wayang Indonesia. “Ini merupakan buku perdana Jagad Pustaka,” kata Simon Puji Widodo, pemilik Jagad Pustaka Publishing kepada Kompas.com, Kamis (22/7/10) malam di sela-sela pembukaan pameran wayang di Bentara Budaya.
Simon menambahkan, selama ini tokoh pewayangan Indonesia belum dikenal khalayak. “Dan anak-anak Indonesia sekarang lebih suka kartun Jepang. Oleh karena itulah novel grafis yang ditulis Dwi Klik Sentosa dan digrafis oleh seniman Yogyakarta, ingin mengisi kekosongan akan karakter tokoh semacam superman Indonesia,” katanya.
Bre Redana, wartawan senior Kompas dalam komentarnya soal novel “Abimanyu Anak Rembulan” ini menyebutkan, “Ini merupakan transformasi wayang ke pakeliran novel grafis. Akrab, eksploratif, pakem tetap terjaga. Klasisme wayang tidak pernah pudar, dan Abimanyu Anak Rembulan membuktikannya.”
Sedangkan aktor Butet Kartaredjasa mengungkapkan, “Apa yang tersaji dalam buku ini membuktikan tradisi dan kekuatan lokal mempunyai daya saing yang sama-sama menakjubkan dengan kerap yang disebut internasional. Lebih celaka lagi yang internasional itu identik dengan Barat. Sementara kebudayaan Timur selalu diposisikan bukan internasional.”
Menurut Butet, sekarang saatnya menghentikan penyakit kroco jiwa. Wayang -juga batik, jathilan, reog, dan lainnya, juga punya martabat untuk bersanding setara di kanch dunia.
Nurul Arifin, yang sekarang jadi wakil rakyat di Senayan, menuturkan, “Belajar dari Abimanyu, kita jadi tahu, keberanian dan keutamaan itu bukanlah sesuatu yang tersembunyi lalu muncul tiba-tiba. Ia adalah hasil upaya, ikhtiar, dan tempaan hidup. Dan sebagai nilai kehidupan, keberanian dan keutamaan tetap relevan sepanjang zaman.”(MB-7)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar