MALANG-BISNIS.COM - JAKARTA--Pencipta lagu-lagu anak dan ikon pendidikan anak Abdullah Totong Mahmud (AT Mahmud) meninggal dunia pada umur 80 tahun, pukul 13.00 WIB, Selasa, di kediamannya, di Jl. Tebet Raya 2A no 18, Jakarta Selatan."Bapak AT Mahmud meninggal dunia tadi siang di kediamannya", kata pakar pendidikan anak Seto Mulyadi melalui sambungan telefon di Jakarta, Selasa.
Saat ini jenazah almarhum disemayamkan di Jl. Tebet Barat 2A Nomor 18 Jakarta Selatan. Rencananya, jenasah AT Mahmud akan dimakamkan besok, Rabu (7/6) pukul 10.00 WIB.
Abdullah Totong Mahmud lahir di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, Palembang, Sumatera Selatan, 3 Februari 1930 adalah seorang pencipta lagu asal Indonesia, ia dikenal masyarakat melalui lagu anak-anak ciptaannya seperti; Citaria, Musim Panen, Jangkrik, Gelatikku, Layang-Layangku, Pelangi-Pelangi, Ade Irma Suryani, Kereta Apiku, dan Timang Adik Timang.
Mahmud adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ibunya bernama Masayu Aisyah, ayah bernama Masagus Mahmud. Ia diberi nama Abdullah dan sehari-hari dipanggil "Dola". Namun, sebutan nama Abdullah atau Dola kemudian "menghilang".
Nama pemberian orang tua tercatat terakhir pada ijazah yang dimilikinya pada sekolah Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en (sekolah Jepang) tahun 1945. Pada ijazah itu nama lengkapnya tertulis: Mgs (Masagus) Abdu`llah Mahmoed.
Ikon Pendidikan
Pakar pendidikan Arief Rahman Hakim merasa kehilangan dengan meninggalnya AT Mahmid yang Arief sebut sebagai ikon pendidikan anak. "Beliau adalah seorang yang menjadi ikon pendidikan anak melalui cara-cara yang menyenangkan terutama lewat lagu-lagunya dan sulit mencari penggantinya yang bisa produktif menghasilkan lagu-lagu yang baik dan mendidik", ungkap Arief.
Arief mengatakan, masyarakat Indonesia harus pandai menangkap semangat AT Mahmud dengan visinya dalam mendidik anak dan rasa cintanya yang besar kepada bangsa Indonesia.
Pakar pendidikan anak Seto Mulyadi juga merasa kehilangan dengan meninggalnya AT Mahmud."Saya ikut merasa kehilangan karena beliau menjadi tokoh pendidikan anak dan banyak lagu yang sudah diciptakan seperti; pelangi-pelangi dan ambilkan bulanku. Ini menjadi peringatan bahwa anak-anak telah kehilangan pencipta lagu-lagu anak yang bermutu", kata Seto.
Seto mengatakan, sudah 40 tahun ia mengenal sosok AT Mahmud yang sangat disiplin dan bisa membimbing anak-anak muda. Menurut Seto yang lagu-lagunya banyak lahir dari masukan seorang AT Mahmud mengatakan, perlu lahir tokoh pendidikan anak yang produktif dan bisa menghasilkan banyak lagu untuk anak."Perlu segera lahir kembali tokoh pendidik anak yang produktif dan biasa menuliskan lagu-lagu yang bagus untuk anak dan mendidik", ungkap Seto.(MB-34)
Saat ini jenazah almarhum disemayamkan di Jl. Tebet Barat 2A Nomor 18 Jakarta Selatan. Rencananya, jenasah AT Mahmud akan dimakamkan besok, Rabu (7/6) pukul 10.00 WIB.
Abdullah Totong Mahmud lahir di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, Palembang, Sumatera Selatan, 3 Februari 1930 adalah seorang pencipta lagu asal Indonesia, ia dikenal masyarakat melalui lagu anak-anak ciptaannya seperti; Citaria, Musim Panen, Jangkrik, Gelatikku, Layang-Layangku, Pelangi-Pelangi, Ade Irma Suryani, Kereta Apiku, dan Timang Adik Timang.
Mahmud adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ibunya bernama Masayu Aisyah, ayah bernama Masagus Mahmud. Ia diberi nama Abdullah dan sehari-hari dipanggil "Dola". Namun, sebutan nama Abdullah atau Dola kemudian "menghilang".
Nama pemberian orang tua tercatat terakhir pada ijazah yang dimilikinya pada sekolah Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en (sekolah Jepang) tahun 1945. Pada ijazah itu nama lengkapnya tertulis: Mgs (Masagus) Abdu`llah Mahmoed.
Ikon Pendidikan
Pakar pendidikan Arief Rahman Hakim merasa kehilangan dengan meninggalnya AT Mahmid yang Arief sebut sebagai ikon pendidikan anak. "Beliau adalah seorang yang menjadi ikon pendidikan anak melalui cara-cara yang menyenangkan terutama lewat lagu-lagunya dan sulit mencari penggantinya yang bisa produktif menghasilkan lagu-lagu yang baik dan mendidik", ungkap Arief.
Arief mengatakan, masyarakat Indonesia harus pandai menangkap semangat AT Mahmud dengan visinya dalam mendidik anak dan rasa cintanya yang besar kepada bangsa Indonesia.
Pakar pendidikan anak Seto Mulyadi juga merasa kehilangan dengan meninggalnya AT Mahmud."Saya ikut merasa kehilangan karena beliau menjadi tokoh pendidikan anak dan banyak lagu yang sudah diciptakan seperti; pelangi-pelangi dan ambilkan bulanku. Ini menjadi peringatan bahwa anak-anak telah kehilangan pencipta lagu-lagu anak yang bermutu", kata Seto.
Seto mengatakan, sudah 40 tahun ia mengenal sosok AT Mahmud yang sangat disiplin dan bisa membimbing anak-anak muda. Menurut Seto yang lagu-lagunya banyak lahir dari masukan seorang AT Mahmud mengatakan, perlu lahir tokoh pendidikan anak yang produktif dan bisa menghasilkan banyak lagu untuk anak."Perlu segera lahir kembali tokoh pendidik anak yang produktif dan biasa menuliskan lagu-lagu yang bagus untuk anak dan mendidik", ungkap Seto.(MB-34)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar