MALANG-BISNIS.com - Paul Turner adalah seorang desainer sistem pencahayaan yang piawai. Berawal dari kisah cinta terhadap pulau Bali, dia akhirnya menemukan belahan hatinya di Bali. Pasangan ini akhirnya membeli tanah tempat ia hendak membangun tidak jauh dari lokasi rumah yang telah mereka tempati di Sanur. Paul merancang setiap detail rumahnya mulai dari arsitektur sampai interiornya. Kebutuhan anggota keluarganya diakomodasi dengan membuat ruang-ruang yang nyaman untuk mereka. Dengan dibantu oleh teman-temannya dari dunia arsitektur, interior dan lanskap akhirnya tercipta sebuah “surga” bagi dirinya dan keluarganya yang mereka sebut home sweet home.

Rumah Merangkap Kantor
Rumah ini dibangun di lahan seluas 7 are. Paul merancang tidak hanya untuk rumah tinggalnya saja tetapi juga untuk kantor, tempat dia menghasilkan rancangan sistem pencahayaan untuk berbagai proyeknya. Hal ini memudahkan memperlancar pekerjaannya tanpa harus keluar dari rumah. Dia memisahkan kedua massa bangunan sehingga aktivitas tidak tumpang tindih. Kantornya diposisikan sebagai tampak muka dengan detail fasad seperti rumah Bali dengan elemen detail tradisional serta lampu antik yang mengisi sudut-sudut teras di atas. Sekitar 80% tampak depan rumah adalah ruang kantornya, Paul hanya menyisakan sebagian untuk pintu masuk yang menyambung ke rumah tinggal di belakang dan area garasi dan area servis pada lantai dasar.

Saat proses perencanaan berjalan, Paul tertantang untuk mengeluarkan semua daya kreasinya demi mewujudkan sebuah rumah yang mencerminkan karakternya. Ia membuat ruang-ruang yang bisa “menghilang” karena tertutup dibalik pintu-pintu geser serta “kamar mandi” yang memiliki atap transparan yang digunakan sebagai kolam ikan. Hal ini merupakan ide spontan yang muncul saat merancang rumah tersebut. Spontanitas dan “kejutan” menjadi tema yang sering muncul saat kita memasuki ruang-ruang rumah ini.

Pemakaian kayu-kayu daur ulang digunakan di ruangan resepsionis sebagai elemen-elemen dekorasi seperti pada meja resepsionis yang memakai potongan-potongan kayu kecil yang dibuat dengan motif timbul yang ekspresif. Salah satu elemen yang menarik adalah bagian sirip kapal yang berfungsi membelokkan kapal. Sekarang elemen ini digunakan sebagai railing tangga. Kayu satu balok yang melengkung dan panjang ini terpampang indah pada railing tangga di living room. Jika kita berada di ruangan interior yang seluruh plafonnya dilapisi dengan kayu, terasa seperti kita memasuki sebuah kapal yang terbalik, berkat penyelesaian detail plafon yang menukik turun seperti bagian bawah kapal laut.

Sistem Pencahayaan yang Canggih
Sistem pencahayaan Dinalite dari Australia digunakan sebagai basis dari sistem yang canggih dalam memberikan setting-setting nuansa yang berbeda dengan satu sentuhan program. Hal ini memudahkan Paul untuk memprogramkan berbagai suasana seperti suasana romantis, santai, standar atau suasana semua lampu yang menyala. Dengan pengalamannya dalam menangani sistem pencahayaan dan pengalaman mengelola perusahaan lampu yang dia kembangkan, rumah ini menjadi sebuah ruang pameran yang bisa digunakan untuk mendemonstrasikan keunggulan yang smart.

Paul telah membangun sebuah rumah yang erat hubungannya dengan rasa cintanya terhadap keluarga dan juga terhadap pulau Bali yang telah menerimanya. Rumah ini memberikan apresiasi terhadap alam. Di sini berbagai kiat daur ulang dan lampu hemat energi yang berteknologi tinggi diaplikasikan. Pemakaian kayu-kayu yang terasa hangat dan batu alam yang ekspresif merupakan sebuah pengalaman tersendiri. Inilah sebuah rumah yang penuh dengan kecintaan.

Lokasi : kediaman keluarga Abdul Malik dan istri Vio di Sanur – Bali
Konsep : John Lincoln, Dean Kempnich dan pemilik
Desainer Interior : Dean Kempnich dan pemilik
Desainer lanskap : Vio (Bali)
Pencahayaan: Paul Turner (Bali)

(MB-23)
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Membuat Web Langsung Jadi ? INDO9.COM