MALANG-BISNIS.COM - ARTIKEL TRAVELING - Ingin spa di atas batu karang atau di atas pohon mangga? Silakan pilih. Inilah jurus baru pelaku pariwisata Bali untuk memikat turis.
Sunset Road selepas petang. Ruko-ruko yang disulap sebagai tempat spa—kependekan dari sanus per aquam atau sehat dengan air—berpendaran cahaya. Di Spa Avenue, dua gadis cantik berkebaya bali menyambut para tamu seramah mungkin.
”Bapak mau spa apa? Ada paket spa cokelat, madu, avokado, anggur, atau pepaya,” kata seorang di antaranya sambil tersenyum.
Ketika tamu itu sepakat mengambil sebuah paket spa, gadis berwajah oriental yang bahasa tubuhnya seperti orang Jepang itu segera membawakan segelas kecil teh jahe. Lalu, ia bertutur tentang khasiat minuman tersebut.
Tempat spa yang baru berdiri dua-tiga bulan lalu itu bersaing dengan belasan tempat spa yang jaraknya berdekatan, seperti Reborn, Cozy, A Spa, dan Lulur Bali Tangi. Tempat-tempat spa tersebut umumnya berdiri tiga-empat tahun lalu seiring dengan perkembangan Sunset Road dari sebuah kawasan sepi menjadi kawasan bisnis baru di Denpasar.
Di Jalan By Pass Ngurah Rai, tempat spa tidak kalah ramainya. Di sana ada Lavender Spa, Coco de Heaven, Abiansmara, Chinese Dragon, Simpang Siur, dan lain-lain. Pengelola spa di sana memasang papan nama besar-besar dengan gambar bunga atau perempuan cantik sedang spa. Tulisan yang tertera di papan nama menggunakan aksara Latin, Inggris, Jepang, China, atau Korea.
Di Kuta, tempat pijat dan salon kecantikan pun ”mentransformasi” diri menjadi tempat spa meski layanan spa yang diberikan kebanyakan sebatas merendam kaki tamu dengan air hangat-hangat kuku, kemudian memijatnya. Spa di tiga kawasan itu umumnya melayani tamu kelas menengah. Tarif yang mereka patok masih bersahabat di kantong turis, yakni mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung dari paket layanan yang diambil.
Di luar itu, tumbuh pula spa-spa mewah. Di Jimbaran, ada Ayana Hotel and Spa yang menawarkan paket Spa on The Rocks. Sesuai dengan namanya, tempat spa berupa vila kecil yang nangkring di atas batu karang, tepat di bibir Samudra Hindia. Pada sore hari, tamu bisa menyaksikan matahari tenggelam sambil dipijat.
Di Ubud, ada Kirana Spa yang kamar-kamar spanya dibangun tepat di sisi lembah Sungai Ayung. Tidak jauh dari situ, ada Manggo Tree Spa di kompleks Kupu Kupu Barong Villas and Tree Spa. Seperti namanya, tempat spa tersebut dibangun di atas pohon mangga yang tumbuh di tepi jurang.
”Kalau pohonnya berbuah, tamu boleh memetiknya,” ujar Director of Sales Kupu Kupu Barong Villas and Tree Spa Ketut Darmiyati.
Ketiga tempat spa ini mematok tarif spa mulai dari puluhan dollar hingga 1.000 dollar AS atau nyaris Rp 80 juta. Target pasarnya jelas: orang-orang kaya, terutama turis dari Jepang dan Eropa, yang dengan enteng menggelontorkan uang jutaan rupiah sekadar untuk pijat, lulur, dan berendam di air selama beberapa jam.
Etalase produk
Spa tampaknya sedang menjadi primadona baru yang mampu menyedot turis ke Bali. Operation Manager Kirana Spa Made Sumerjaya mengatakan, sebagian besar pelanggannya datang ke Bali dengan tujuan utama memanjakan tubuh dengan spa.
”Indikasinya, mereka memesan paket spa terlebih dahulu jauh sebelum mereka datang ke Bali. Sebagian langsung pulang setelah menikmati spa,” katanya.
Saat ini diperkirakan ada 800 tempat spa, termasuk yang melekat di hotel. Spa-spa yang berada di jaringan hotel internasional kebanyakan milik orang asing. Spa yang berdiri sendiri di luar hotel juga sebagian besar milik orang di luar Bali, seperti Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, dan Jakarta.
Feny Sri Sulistiawati, pengurus Bali Spa and Wellnes—asosiasi yang membawahkan 107 tempat spa di Bali—mengatakan, spa bertumbuhan dengan cepat di Pulau Dewata itu karena pasarnya memang ada. Mereka antara lain para pelancong dari Jepang, Eropa, dan Rusia. Belakangan turis dari Jakarta, China, dan Korea menjadi pasar spa yang aduhai.
Awalnya, lanjut Feny, tempat-tempat spa itu sebatas mengenalkan pijatan dan olah tubuh tradisional Bali. Belakangan, mereka mengadopsi aneka layanan olah tubuh dari luar negeri. Seiring dengan itu, produk-produk spa dan kosmetik asing pun masuk dan digunakan industri spa mulai dari minyak, krim, boreh, hingga lulur.
LIHAT :
- Ayo Ke Permandian Air Hangat Sangkanurip- Tarian Okokan Memukau Wisatawan
- Melukis Diatas Langit
Kini, tempat-tempat spa, terutama yang mewah dan milik orang asing, menjadi semacam etalase produk-produk kosmetik impor yang eksklusif. Ayana, misalnya, menggunakan produk La Mer (Bergia) dan Thermes Marins (Perancis), Kirana Spa menggunakan produk Shiseido (Jepang), sedangkan Kupu Kupu Barong memakai produk L’Occitane (Perancis).
Lalu, warga Bali sendiri dapat apa dari hiruk-pikuk industri spa itu? Ah, setidaknya, sebagian dapat kerjaan sebagai pemijat tamu atau yang mereka sebut terapis. Mereka harus berlaku sopan, banyak senyum, dan tidak lupa mengatakan, ”Maaf, apa pijatannya sudah pas?” (MB-34)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar